Monday, December 13, 2010

Tante... ini Melati....


"Ooh.. memangnya dia perempuan? Koq dikasih nama Melati?" kata saya ke Putri, putri pertama tetangga saya. Tetangga yang tinggal passss disebelah rumah kontrakan kami yang mungil ini. Si Putri senyam senyum aja, mungkin bingung gimana jawab pertanyaan saya waktu dia kenalin kucing barunya ke saya. Lalu mamanya Putri kebetulan keluar rumah trus bilang, "iya, tadinya mau dikasih nama Tomas, tapi saya bilang kucingnya perempuan, cari nama lain aja. Itu anak - anak dapet dari sana," sambil nunjuk ke arah ujung jalan. Trus saya bilang:"bagus ya mbak, warnanya putih semua.." "Iya, saya juga bingung, ini kucing apa. Kucing kampung koq bulunya bagus putih semua", kata mamanya Putri.




Lalu kami pun ngobrol ngalor ngidul sambil bikin pagar ala kadarnya di tempat kami berharap akan tumbuh pohon cabai karna kami sering tabur biji cabai disitu. Pagarnya dibikin supaya ga dipatokin ayam, nanti kalo pohon cabai nya mulai tumbuh. Ayamnya punya siapa? Ga tau. Yang jelas dari pagi sampe sore banyak ayam keliaran, kalau menjelang malam, entah kemana itu ayam - ayam. Mungkin pulang ke kandangnya. Pulang karena udah cape keliaran seharian. Udah kenyang juga habis matuk sana sini.


Trus, saya mo cerita apa? Hehe.. gini loh, omongan mama nya Putri tentang si Melati sangat mengusik saya untuk kembali merenung. Kalau misalnya si Melati warna nya hitam pekat semua, bakal tetep dibawa pulang gak ya? Kalau si Melati warna nya loreng - loreng atau putih totol hitam kaya Dalmatian, tetep dirawat di rumah gak ya? Bisa iya, bisa engga. Alasannya apa, saya juga ga tau. Mungkin alasannya, karna gak suka sama warna nya. Wah simple banget alasannya. Iya, simple.


Begitu juga dengan kita... pernah gak ya, saya milih - milih berteman karna warna kulit atau karna suku, atau karna agama? Pernah gak ya, saya ga mau temenan sama orang lain karna dia ga jago mata pelajaran tertentu? Pernah gak ya saya males ngobrol sama seseorang karna gaya berpakaiannya culun? Kalau kamu yang lagi baca ini, pernah ga?


Kalau dipikir - pikir, kenapa ya kita kalau temenan pengennya sama yang cenderung sama kaya kita. Sama - sama suku A, sama - sama agama B, sama - sama berpenghasilan tiga puluh juta ratus milyar seminggu. Hehe, yang terakhir lebay yaa... :D


Ok back to the topic, kenapa kita maunya temenan sama yg miripan sama kita ya? Bukankah hidup ini lebih indah karena adanya perbedaan? Bayangin kalau semua orang kulitnya warna putiiiiih... Silau maaannn... Kalau semua hitam? Gelap dong. Tapi karna ada yang kulitnya putih, kuning, merah, hitam.. wah pas deh, warna warni yang indah :)


Padahal Tuhan berpesan, kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi dirimu sendiri. Susah ya.. tapi kita pasti bisa! Yuk, bareng - bareng belajar menjalaninya. Hmm mungkin masih bingung, siapa sih sesama kita manusia? Ibu guru saya waktu SD bilang: "semua orang di luar diri kita sendiri, itulah sesama kita manusia."


Tuuuh.. bu guru bilang, semua orang. Bukan cuma yang warna kulitnya sama kaya kita. Bukan cuma yang seagama sama kita. Bukan cuma yang tetanggaan deket sama kita, yang jauh juga sesama kita dan harus dikasihi. Bukan cuma yang baik sama kita, tapi yang pernah nyakitin kita juga.


Waduh tambah berat nih. Bisa gak ya mengasihi mereka yang pernah menyakiti kita? Harus bisa! Karna Tuhan juga berkata:"kalau kita hanya mengasihi mereka yang baik pada kita, apa bedanya kita dengan mereka yang tak mengenal Tuhan?"


Iya saya tahu, ini susah banget, berat banget. Tapi.. untuk hidup yang lebih indah, yuk, belajar melakukannya. Saya belum bisa, tapi saya akan belajar dan berusaha melakukannya. Kamu juga kan? :-)

No comments:

Post a Comment