Tuesday, June 30, 2015

Saat Ini Saya Belum Perlu Asuransi. Thanks.

Saya pernah beberapa kali dengar kalimat itu dilontarkan beberapa orang kenalan. Dari sekitar tahun 2001-an sepertinya pertama kali saya mendengar kalimat itu, ketika saya - karena kepo - bertanya pada seorang saudara: "Punya asuransi gak?". Jawabannya, engga karena saat ini belum perlu.




Waktu itu saya manggut aja, karena emang nanya atas nama kepo aja. Saya manggut karena sepertinya saya setuju bahwa saat itu dia sehat - sehat saja, pekerjaan baik, semua baik -- sampai sekarang dia juga baik - baik aja. Dan saya doakan agar selalu baik. :)

Kemudian sekitar tahun 2006, Abang saya bilang bahwa ada seorang temannya yang baru mulai jadi agen asuransi dan kalau bisa saya jadi client nya... yang ini namanya, atas nama bantu teman. Saya paling ga bisa lihat orang yang mau kerja luntang lantung. Saya akan berusaha supaya orang tersebut bisa kerja - kebiasaan ini berlangsung sampai sekarang, FYI. Balik ke teman abang saya tadi...jadi deh saya bantu dia, saya jadi client nya dengan nilai polis sekian ratus ribu per bulan. 


Dulu saya memulai polis atas nama bantu teman. Sekarang saya sadar.. rupanya kami saling membantu.

Oh iya, supaya lebih paham.. polis saya termasuk asuransi kesehatan, jiwa dan investasi. Angkanya tidak besar, tapi tak perlu lah saya sebut di sini ya. Namun tak lama setelah saya join dengan asuransi tersebut, teman abang saya tadi berhenti jadi agen. Lalu beberapa bulan kemudian, atasannya juga berhenti. Saya tahu karena ada surat pemberitahuan dari Perusahaan Asuransi. Saya merasa bingung, merasa ditinggalkan.

Namun demikian saya tetap rajin banget bayar polis, pernah telat bayar hanya 2 kali yaitu ketika saya harus bedrest karena kondisi kehamilan yang rentan sehingga saya tak punya pekerjaan. Penghasilan suami waktu itu kami cukupkan untuk biaya hidup sehari - hari, kontrak rumah dan biaya ke dokter. Selama berjalan, tak pernah saya kepo menghitung sudah berapa jumlah investasi saya. Kalau ada yang bertanya pun tak saya jawab karena menurut saya itu privasi.

Setelah menikah dan melahirkan anak perempuan kami, saya langsung mendaftarkan suami dan putri saya untuk memiliki asuransi juga. Kali ini agen nya adalah mantan kolega di perusahaan dulu saya bekerja. Dia sekarang beralih jadi full time agent. Manfaat asuransi suami, sama dengan saya. Kalau anak, ditambah dengan pendidikan. Demikian juga dengan anak kedua. Kami pun rajin menyetorkan biaya nya setiap bulan, nilainya mungkin tidak besar tapi kalau ditotal lumayan menguras isi dompet hehe.

Manfaat asuransi tak pernah kami rasakan, sampai anak kedua masuk rumah sakit. Mencicipi kasurnya ICU. Mata saya bengkak, bukan karena memikirkan biaya - berhutang pun saya rela, asalkan anak saya bisa pulang dengan sehat. Saat itulah pertama kalinya kami merasakan manfaat asuransi. Agen asuransi untuk polis anak saya, mengunjungi kami. Menjelaskan apa saja yang akan dicover. Menenangkan kami.

Nilai penggantiannya tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Iya emang. Tapi saya tetap bersyukur karena ada penggantian dari asuransi.

Saya juga bersyukur karena Tuhan menyadarkan saya untuk menabung lewat asuransi ini.
Kemudian baru - baru ini kami merasa memiliki sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kenyamanan dan kesehatan anak - anak. Dana yang dibutuhkan sangat besar, tapi kalau ada dana untuk Down Payment, sisanya bisa dikredit. Coba putar otak sana sini, tanya teman dan saudara... sempat ada harapan tapi sepertinya ga terlalu pas.

Tiba - tiba saya teringat kalau sejak 2006 saya sudah menabung. Ada investasi yang telah saya siapkan untuk masa datang. Mungkin ini saatnya! Tapi saya ga kenal lagi siapa yang jadi agen saya..bagaimana ini?

Saya pun menelepon teman saya yg menjadi agen untuk polisnya suami dan anak - anak kami. Saya curahkan isi hati saya, apakah ini langkah yang baik untuk diambil? Dia bilang iya. Dia bilang: Evi kamu nabung untuk apa? Untuk suatu kebutuhan penting di masa yang akan datang kan? Menurut saya, ini saat yang penting dan genting. Ini untuk anak - anak. (kurang lebih seperti itu kata - katanya). Tekad saya semakin kuat.

Teman saya - yang bukan agen untuk polis saya itu - langsung mengirim form untuk penarikan dana. Esok harinya sebelum ke kantor langsung saya isi, dikirim oleh suami saya ke kantor Asuransi. Tapi kemudian dananya kami butuh cepat untuk Down Payment - bersyukur ada seorang teman yang bisa pinjamkan - nanti kami kembalikan ketika dana asuransi sudah mencair. Kebutuhan tersebut pun dapat terbeli. Kami sungguh bersyukur kepada Tuhan.

Dalam hal ini ada banyak hal yang saya syukuri:

  1. Teman saya - bukan agen untuk polis saya - logikanya dia ga dapet komisi dari polis saya. Tapi dia selalu siap siaga kalau saya butuh bantuan.
  2. Teman suami saya - rela meminjamkan uangnya untuk kami.
  3. Penjual kebutuhan kami itu - memberikan diskon sangat besar dan kemudahan - kemudahan lainnya.
  4. Tuhan menyadarkan saya untuk memakai tabungan ini - karena sebelumnya saya ga pernah mikir bahwa saya punya uang ini.


Dan kembali pada topik Asuransi ini, inti dari cerita saya adalah:


  • Ingatlah kawan, membayar asuransi bukan karena saat ini kamu perlu. Tapi karena NANTI kamu akan perlu.
  • Ketika sudah perlu dan kamu baru menyadari kalau belum memilikinya, maka sepertinya sudah terlambat.
  • Tidak ada yang mustahil, apalagi ketika kamu berniat baik. Tuhan pasti akan cukupkan. Apalagi kalau kamu masih muda, setahu saya nilai polis kamu bisa mulai dari angka yang tidak begitu tinggi (seperti saya dan keluarga)
Lalu bagaimana memilih agen asuransi yang baik? Ini menurut saya sebagai pengguna Asuransi:
  1. Pilih agen yang kamu kenal lama, jadi kamu tahu track recordnya. Jika sebelumnya dia bekerja di kantoran (seperti teman saya) apakah selama di kantor dia baik? Apakah pernah bermasalah dalam pekerjaannya? 
  2. Jangan ikut asuransi karena (sorry) ditawari oleh telemarketer. Itu loh, yang suka nelponin kita - entah dapet nomor dari mana trus tiba - tiba nawarin asuransi. Jangan deh, karena nanti kalau kamu butuh claim atau apa - apa, kamu ga tahu harus bicara dengan siapa. Iya, ada nomor hotline, tapi customer service yang jawab ga punya personal relation sama kamu. Ga ada personal attachment, ga bisa diajak curhat (karena dia harus jawab telpon yang lain).
  3. Pilih agen yang memang orientasinya bukan komisi, tapi melayani. Cara taunya gimana? Lihat no. 1. Agen yang baik, yang tidak hanya berorientasi pada komisi. Ketika mereka bekerja dalam kantor yang terikat jam kerja dan aturannya, mereka akan mengikutinya dengan baik. Mereka melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Semangat inilah yang dibawa kemudian saat mereka menjadi agen.
  4. Pilih agen yang memiliki semangat konsultan. Apa bedanya? Konsultan mau kasih ilmu dan konsultasi gratis. Soal kamu mau hire dia / engga, itu urusan nanti. Ya tapi kalo udah sering dikasih ilmu tapi ga kamu hire juga sih namanya kelewatan di kamunya. hahaha.
  5. Masih bingung cari agen yang memenuhi kriteria di atas? Kamu bisa tanya saya nanti saya kenalkan ke insurance consultant saya.
Sorry, nama dan nomor konsultan saya tidak saya publish di sini karena blog saya terbuka untuk umum dan tidak etis rasanya membubuhkan nomor pribadi orang di ranah publik. Tapi jika memang kamu mau nomor contact nya, saya bisa kasih lewat jalur pribadi. Just let me know. 

Jadi sekali lagi, kalau kamu belum berasuransi, segeralah. Kenapa? Karena hidup terlalu indah untuk dinikmati dengan berfoya - foya saja. Dalam hidup yang indah ini, kita juga harus punya perencanaan yang matang. 

Iyaa, berasuransilah karena: la vie est belle. :)

No comments:

Post a Comment